Puasa Tak Sekedar Menahan Lapar

Segala bentuk perintah Tuhan yang ditujukan kepada manusia tidak terlepas dari kemanfaatan yang dikandung oleh perintah tersebut. Tuhan memerintahkan sebuah perkara bukan untuk diri-Nya sendiri, melainkan demi kemaslahatan hidup umat manusia. Tak terkecuali puasa.

Selain sebagai sebuah ibadah yang mempunyai nilai teologis (berupa penghambaan dan pengabdian diri manusia kepada Tuhannya), puasa juga mempunyai kandungan nilai yang bersifat humanis. Artinya, dalam puasa terkandung pesan-pesan kemanusiaan dan untuk kebaikan manusia. Di antaranya adalah pesan solidaritas sosial dan tepa selira kepada masyarakat kelas bawah.

Selain itu, puasa juga merupakan “kawah candradimuka” bagi manusia untuk menempa mereka menjadi insan yang –dalam istilah agama disebut— bertakwa. Prof. Dr. Nurcholis Madjid mendefinisikan takwa sebagai sebuah sikap seseorang yang senantiasa merasa diawasi oleh Tuhan dalam setiap tindakannya.

Sikap merasa diawasi itulah yang akan memotivasi mereka untuk senantiasa berbuat kebaikan dan meninggalkan segala perbuatan tercela. Karena mereka yakin bahwa segala perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan, kelak.

Sejatinya, itulah makna tertinggi puasa. Bukan sekedar menahan haus dan lapar. Adapun larangan untuk makan, minum, dan berhubungan seksual, adalah perlambang bagi manusia agar menahan diri dari keinginan dan kenikmatan duniawi yang bersifat temporer.

Sayangnya, kebanyakan dari kita masih melihat puasa hanya sebagai sebuah ritual ibadah yang bersifat formalistik. Kita kurang memahami makna esoteris puasa. Sehingga meskipun sebulan penuh berpuasa, tidak ada pengaruh apapun yang ditinggalkan oleh spiritual training tersebut. Fenomena KKN, suap-menyuap, dan mafia peradilan pun jalan terus, seiring dengan berakhirnya masa training itu.


Perlu Terapkan Spirit Puasa dalam Keseharian
Agaknya nilai-nilai esoterik yang terkandung dalam ibadah puasa berupa “pengabdian”, “merasa diawasi”, dan “menahan diri” ini perlu dihayati dan selanjutnya diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam bidang pemerintahan, penerapan spirit puasa ini akan mencetak pejabat-pejabat negara yang siap melayani masyarakat dan bersih dari hal-hal yang tercela.

Demikian juga bagi generasi muda, terutama mahasiswa, implementasi spirit puasa akan membentuk mereka menjadi generasi yang siap mengabdi dan berkorban untuk kepentingan masyarakat dan bangsa, bermoral lurus, serta tahan dalam menghadapi segala godaan nafsu duniawi yang merusak kredibilitas mereka.

Jika hal ini dapat diterapkan dengan baik sejak dini, tentu masa depan bangsa ini akan menjadi cerah. Karena merekalah yang akan menjadi pemimpin bangsa di masa-masa yang akan datang.

Tidak ada komentar: