Pengantar Tasawuf (3): Tasawuf pada Abad Ke-3 dan Ke-4 Hijriyah

ABAD ketiga adalah abad mulai tersusunnya ilmu tasawuf dalam arti yang luas. Mengenai hal ini. Abu al-A'la 'Afifi berkomentar, "Sejak itu tasawuf memasuki periode baru, yaitu periode intuisi, kasyf, dan rasa (dzawq.)" Periode ini terjadi pada abad ketiga dan keempat Hijriyah yang merupakan zaman keemasan tasawuf dalam pencapaiannya yang paling puncak. Sejak itu, obyek, metode, dan tujuan tasawuf menjadi terpisah dari ilmu fiqih.
Menyinggung perbedaan ilmu fiqih dengan ilmu tasawuf, ibnu Khaldun  berkomentar, "Ilmu agama itu menjadi dua bagian, yang satu berkaitan dengan fuqaha dan para pemberi fatwa, yaitu mengenai hukum-hukum ibadah yang umum, adat-istiadat ataupun niaga. Sedangkan satunya lagi berkaitan dengan kelompok para sufi yang melakukan latihan rohaniah, introspeksi diri, memperbincangkan rasa dan intuisi yang ditempuh dalam perjalanannya, dan cara peningkatan diri dari satu rasa ke rasa yang lain, ataupun menerapkan terminologi-terminologi yang berkaitan dengan itu semua. Sejak masa itu dan masa selanjutnya, para sufi mulai mengemukakan terminologi-terminolgi khusus tentang ilmu mereka".
Dua Aliran Tasawuf
Menurut Taftazani, pada masa ini terdapat dua aliran tasawuf. Pertama, aliran para sufi yang pendapatnya moderat. Tasawufnya selalu merujuk pada Al-Qur'an dan As-Sunnah, atau dengan kata lain, tasawuf aliran ini selalu berlandaskan timbangan syariah.  Sebagian Sufinya adalah ulama' terkenal, dan tasawufnya didominasi ciri-ciri moral. Kedua, aliran para sufi yang terpesona keadaan fana. Mereka itu sering mengucapkan kata-kata ganjil yang terkenal sebagai syathahat. Mereka menumbuhkan konsep-konsep hubungan manusia dengan Allah, seperti penyatuan ataupun hulul, dan tasawufnya berlandakan beberapa kecenderungan metafisis.
Pada masa itu mereka telah membahas moral, tingkah laku dan peningkatannya, pengenalan intuitif langsung kepada Allah, kefanaan dalam realitas mutlak Allah, serta pencapaian ketenteraman hati ataupun kebahagiaan. Di samping itu, mereka juga mempergunakan simbol-simbol dalam mengungkapkan hakikat realitas-realitas tasawuf.
Mengenai perkembangan tasawuf pada abad ke-3 dan ke-4 ini, R.A. Nicholson berkomentar, "Dari segi teoritis dan praktiknya, para Sufi abad ketiga dan keempat Hijriyah telah merancang suatu sistem yang sempurna tentang tasawuf. Sekalipun begitu, mereka bukanlah para filosof, dan mereka sedikit sekali menaruh perhatian terhadap problema-problema metafisika.[*]

Artikel ini disarikan dari buku Sufi dari Zaman ke Zaman: Suatu Pengantar tentang Tasawuf,” yang ditulis oleh Dr. Abu al-Wafa' al-Ghanimi al-Taftazani. Buku ini merupakan terjemahan dari judul asli Al-Madkhal ila al-Tashawwuf al-Islamiy.

Tidak ada komentar: