Kuliah Subuh Bersama Prof. Amin Syukur


Pagi itu suasana ruang aula Ma’had IAIN “Walisongo” di kompleks perumahan Depag, Ngalian, Semarang, begitu hening. Para santri-mahasiswa telah duduk dengan tertib memenuhi ruangan tersebut. Mereka mengitari seorang ustadz-dosen yang berada di sisi samping-dalam ruangan. Pakaian mereka rapi, bersarung dan berpeci. Di tangan mereka telah siap alat tulis dan sebuah buku berbahasa Arab berwarna merah kecoklatan. Ya, pagi itu mereka memang tengah mengikuti kuliah subuh yang diisi oleh Prof. Dr. H.M. Amin Syukur, M.A., guru besar ilmu tasawuf Fakultas Ushuluddin IAIN “Walisongo” Semarang, yang juga pernah mengasuh rubrik Tasawuf Interaktif di harian Suara Merdeka.

Kuliah subuh ini dilaksanakan secara rutin pada Selasa pagi sehabis shalat subuh. Forum tersebut mengkaji sebuah kitab karangan Imam al-Ghazali berjudul Mukasyafah al-Qulub: al-Muqarrib ila ‘Allam al-Ghuyub. Kitab kuning setebal 320 halaman ini berbicara tentang tuntunan akhlaq-moral-spiritual bagi seorang hamba dalam mengarungi kehidupan agar senantiasa berhati lembut dan dekat kepada Sang Pencipta.

Membaca bab demi bab buku ini seakan menjadi penyejuk hati dan penenang bagi jiwa kita yang terkadang keras dan angkuh. Menghayati lembar demi lembar kitab ini akan meningkatkan spiritualitas dan optimisme kita dalam menyikapi realitas kehidupan yang terkadang tidak sesuai dengan rencana dan harapan kita.

Menariknya, selain menguraikan petuah-petuah yang berkenaan dengan tuntunan moral-spiritual, kitab ini juga menukil kisah-kisah teladan dari orang-orang terdahulu. Misalnya kisah tentang seorang laki-laki yang diampuni segala dosanya karena dia memberi minum seekor anjing yang hampir mati karena kehausan. Terkait dengan ini, Nabi Muhammad bersabda bahwa terhadap setiap mahluk hidup hendaknya kita mengasihi dan menyayangi.

Anjuran Nabi tersebut menyiratkan bahwa sebagai manusia, seharusnya kita ramah terhadap alam, baik itu berupa binatang, tumbuhan, maupun terhadap sesama manusia. Alam hendaknya jangan dipahami sebagai obyek yang siap dieksploitasi habis-habisan. Tetapi anggaplah ia sebagai mitra kita yang saling memberikan manfaat. Kita boleh memanfaatkannya sekadar kebutuhan. Akan tetapi kita juga wajib menjaga keseimbangan dan kelestariannya. Ini sesuai dengan ungkapan bahwa Islam adalah rahmatan li al’alamin, manifestasi kasih sayang untuk seluruh alam.

Selasa (28/4) pagi itu tema yang dibahas adalah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. “Ketahuilah bahwa kecintaan seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya harus diimplementasikan dengan menaati keduanya dan melaksanakan apa yang diperintahkan oleh keduanya. Sedangkan kecintaan Allah kepada para hambanya diwujudkan melalui pemberian rahmat dan ampunan kepada mereka.” Demikian Prof. Amin Syukur membacakan baris demi baris kalimat berbahasa Arab itu, kemudian memaknai dan menguraikannya dalam bahasa Indonesia.

Meskipun kuliah subuh ini mengkaji kitab yang ditulis lebih dari sembilan abad yang lalu, namun isi yang terkandung di dalamnya senantiasa aktual dan relevan untuk kehidupan masa kini. Sebab tema-tema yang dibahas mengenai tuntunan moral, spiritual, dan eskatologi Islam yang universal dan tak terikat oleh batasan ruang-waktu. Ah, sungguh nikmat mengikuti uraian-uraian penyejuk hati ini, di sebuah awal pagi yang masih hening dan sepi dari kesibukan-kesibukan harian. [*]

Tidak ada komentar: