JIKA kita ditanya mengenai hari lahir kita, dapat dipastikan kita akan dengan fasih menjawab tanggal sekian, bulan sekian, dan tahun sekian. Pun jika ditanya apakah setiap tanggal itu kita merayakannya, mungkin sebagian besar kita akan menjawab dengan mantap, “Ya!” Bagaimana mungkin momen sepenting hari lahir kita lupakan dan kita biarkan begitu saja?
Yap, setiap tahun kita mengenang hari lahir kita dengan merayakannya. Di antara kita ada yang merayakan ulang tahun dengan pesta kecil-kecilan yang sederhana. Ada pula yang menghelat pestanya secara besar-besaran di hotel yang mewah. Semua itu dilakukan hanya untuk satu hal: demi menjaga memori individual atas awal kehadiran kita di dunia ini.
Pesta pun dihelat. Undangan disebarkan. Sajian dihidangkan. Lilin di atas tart yang membentuk angka usia ditiup, diiringi dengan lantunan lagu Happy Birthday to You oleh kerabat dan teman-teman. Akhirnya mereka pun menyalami kita sembari memberikan ucapan selamat ulang tahun. Pesta berakhir. Selanjutnya, apa?
Banyak di antara kita yang lupa—atau sengaja melupakan—substansi dan filosofi ulang tahun. Kebanyakan kita hanya terjebak pada selebrasi dan seremoni yang bersifat formal. Gegap-gempita pesta ulang tahun tak cukup mampu menghadirkan makna kepada diri kita.
Ulang tahun pada hakekatnya adalah pengingat bagi kita bahwa seiring berjalannya waktu, usia kita kian bertambah. Dengan bertambahnya usia, seyogyanya kedewasaan, kearifan, dan pengetahuan kita akan hakekat kehidupan kian meningkat. Pada gilirannya semua itu hendaknya menjadikan kita lebih bijak dalam menjalani dan menyikapi tetek-bengek kehidupan ini.
Ulang tahun juga merupakan "warning" bagi kita bahwa jatah hidup kita di dunia ini semakin berkurang. Misalnya saja kita ditakdirkan hidup hingga usia 65 tahun. Jika hari ini kita berulang tahun ke 17, berarti kita masih memiliki jatah hidup selama 48 tahun. Di tanggal yang sama tahun berikutnya jatah hidup kita berkurang menjadi 47 tahun. Demikian seterusnya.
Dengan jatah hidup yang kian berkurang itu, sudah adakah kemajuan dan perkembangan yang kita capai dalam segala hal? Atau apakah kita masih gini-gini aja sama seperti tahun-tahun yang lalu? Seorang bijak mengatakan bahwa seseorang dapat dikatakan beruntung apabila hari ini dia memiliki pencapaian yang lebih baik daripada hari sebelumnya. Sebaliknya, apabila hari ini sama saja dengan kemarin berarti dia merugi. Bahkan apabila hari ini dia lebih jelek dari kemarin, maka dia telah merusak. Ungkapan ini menyiratkan bahwa kualitas kehidupan kita selayaknya meningkat dari hari ke hari.
Dengan berkurangnya jatah hidup kita, sudah adakah kontribusi yang kita berikan kepada keluarga, lingkungan sekitar, dan bangsa-negara? Atau apakah kehadiran kita dalam sebuah masyarakat tidak memberikan arti dan sumbangan apapun kepada mereka? Sebagai makhluk sosial, alangkah sayangnya jika itu terjadi. Sebab, ungkapan menyatakan bahwa manusia terbaik adalah mereka yang banyak memberikan kontribusi dan kemanfaatan bagi masyarakatnya.
Nah, apakah kualitas kehidupan kita telah meningkat dari waktu ke waktu? Apakah kita telah berkontribusi terhadap keluarga dan masyarakat seiring bertambahnya usia kita? Hari ulang tahunmu nanti merupakan momen yang tepat untuk melakukan evaluasi, refleksi, dan tentunya aksi! [*]
Tulisan ini pernah dimuat di harian Suara Merdeka edisi 7 Maret 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar