TASAWUF panteisme adalah tasawuf yang
berpendapat bahwa hanya ada satau wujud semata, yaitu Allah. Menurut para
sufi-filosof ini, wujud hanyalah satu, tidak jamak. Citra panteisme yang
kongkrit di kalangan pasa sufi muncul setelah hadirnya seorang sufi-filosof dari
Andalusia bernama Muhyiddin ibn 'Arabi (560-628 H.).
Ibn 'Arabi merupakan tokoh pertama penyusun paham kesatuan wujud dalam
tasawuf. Menurutnya, Allah menampakkan segala sesuatu dari wujud ilmu menjadi
wujud materi. Hal ini sesuai dengan teori emanasi. Realitas wujud ini
hakekatnya tunggal. Dan hal tunggal tidak lain adalah wujud Allah. Sementara
semua hal yang ada ini tidak lain hanyalah hasil indra-indra lahiriah serta
akal budi manusia yang terbatas.
Dia juga mengemukakan pendapat tentang manusia sempurna (al-insan al-kamil) atau hakekat Muhammad (al-haqiqah
al-muhammadiyah), yaitu berupa alam seluruhnya.
Manusia sempurna merupakan sumber seluruh hukum, kenabian, semua wali, ataupun
individu-individu manusia sempurna (para sufi yang wali). Pendapat ini berujung
pada pandangan tentang kesatuan agama-agama. Sebab, menurutnya sumber agama-agama itu hanyalah satu, yaitu hakekat
Muhammad.
Sufi-filosof lain dari Andalusia yang sangat terkenal adalah Ibn Sab'in (614-611 H.) yang mempunyai
pendapat tentang faham kesatuan mutlak. Dia mempunyai tarikat yang dikenal
dengan nama tarikat sab'iniyyah. Tarikat ini banyak dikecam oleh para fuqaha'
karena para pengikutnya mengenakan pakaian khusus, serta mempunyai sanad yang
tidak lazim. Di antara sanad itu terdapat nama Hermes, Socrates, Plato,
Aristoteles, Iskandar Agung, al-Hallaj, Suhrawardi al-Maqtul, dll..
Menurut Ibn Sab'in, wujud hanyalah satu, yaitu Allah. Sedangkan wujud
yang lain hanya Wujud Yang Satu itu sendiri. Pendapatnya ini telah membuatnya
menolak logika Aristoteles. Dalam karyanya, Budd al-'Arif, ia berusaha menyusun suatu
logika baru yang bercorak iluminatif. Di antara kesimpulannya tentang hal ini
adalah bahwa realitas-realitas logika itu merupakan hal alamiah yang ada dalam
jiwa manusia. Keenam kata logika (genus,
species, difference, proper, accident, person) yang memberi kesan wujud yang jamak, hanyalah sekedar ilusi. [*]
Artikel ini
disarikan dari buku “Sufi dari Zaman ke Zaman: Suatu Pengantar tentang Tasawuf,”
yang ditulis oleh Dr. Abu al-Wafa' al-Ghanimi al-Taftazani. Buku ini merupakan
terjemahan dari judul asli “Al-Madkhal ila al-Tashawwuf al-Islamiy.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar